Tuesday, December 23, 2008

malaikat Izrail datang
mengenakan baju serba putih dan tersenyum kepadaku
sungguh, senyumnya tulus menawarkan keindahan yang belum bisa aku bayangkan
karena pikiranku masih di sini.

ia lantas berdiri di pintu
ia menungguku
ya Tuhan betapa aku ingin berjalan mendekatinya
tapi aku tidak bisa karena aku harus berada di sini

hampir 12 jam ia berdiri di sana
tanpa sedikitpun senyum itu berubah
sudah lebih dari 24 jam kamar ini harum
ada wangi yang begitu membuai yang tak bisa kulukiskan, menenangkan.

aku tak berhenti memandangnya
tapi pikiranku tak juga padanya
ada sesuatu yang menahanku di sini
ada seseorang yang membuatku bertahan di sini.

Tuhan, haruskah aku pergi sekarang?
tidak bisakah aku menemaninya lebih lama lagi?

berkali-kali aku minta agar ia mengikhlaskanku pergi menemui Tuhanku
berkali-kali aku memintanya agar ia rela aku menemui sang malaikat
tapi lihat, tangannya begitu erat menggenggam tanganku
ia terlihat ketakutan, begitu takut sehingga aku tak tega melihatnya
aku terpekur, aku tidak tahan
aku ingin pergi, aku kesakitan.

aku rindu Tuhanku
aku merindukan ayah ibuku
tapi aku juga akan sangat merindukannya
perempuan yang begitu mengharapkan kehidupanku lebih lama.
kalau aku pergi lantas siapa yang akan menemaninya?
tidak ada.
aku tidak yakin ada.

wahai malaikat Tuhan, masihkah kau ingin berada di sana?
mengapa engkau terus tersenyum sementara orang di sampingku terus menangis?
kemana kah kau akan mengajakku?

Tuhan, aku sakit.
sangat sakit hingga ingin kuakhiri rasa sakitku ini
aku tidak tahan, Tuhan.
Tuhan, apakah Engkau melihat air matanya bercucuran?
itu membuatku jauh lebih sakit, hingga ingin aku merengkuhnya agar ia berhenti menangis.
Tuhan, bolehkah aku minta waktu sedikit lagi?
hingga aku bisa membahagiakan dan menjaganya sepenuh jiwa ragaku
hingga malaikat-Mu datang kembali menjemputku.
wahai kekasih hatiku, kemarilah..
biarkan aku menenangkanmu, aku tidak akan pergi, tidak sekarang.

Wednesday, December 17, 2008

kau dan aku

melalui hari seperti sebelumnya
berbagi ribuan cerita
bercengkerama dalam alunan waktu
ada kau dan aku

hitungan masa yang berlalu
menapak demi langkah
ada berbagai kata dan rasa
berdua kau dan aku

melewati kisah yang ada
mereka yang belum terjadi
berbagi jiwa dan hati
antara kau dan aku

mengukir waktu bersama
di setiap langkah kaki
harap datangnya bahagia
demi kau dan aku

embun masih betah tinggal
menunggu bersapa matahari
kuning jingga di horizon pagi
dan ada senyum di wajah kita